Skip to content
finanzaseticas

finanzaseticas

finanzaseticas

  • Home
  • Inspirasi
  • Travel
  • Berita Utama
  • Franchise
  • Konglomerasi
  • Startup
  • Toggle search form
  • Menko Airlangga: 3 Tahun Indonesia Tak Impor Jagung untuk Pakan Ternak Berita Utama
  • Jangan Khawatir, BPJS Kesehatan Tanggung Biaya Perawatan Pasien Hepatitis ekonomi
  • Indonesia Need Foreign Investors Uncategorized
  • Kiprah Lima Sekawan Besarkan Bisnis Pendidikan BSI Group entrepreneur
  • Menko Airlangga Catat Investasi Pengembangan Batam Capai Rp11 T & Serap 3.000 Pekerja ekonomi
  • BRI Life Berikan Asuransi Gratis dalam Program Mudik Sehat BUMN ekonomi
  • Kiat Sukses Mengembangkan Bisnis Resto, Obonk Steak Group Uncategorized
  • Apa Beda Business Class dan First Class di Pesawat? Travel

Kiprah Jagoan Bisnis Alat Presentasi

Posted on November 14, 2011 By admin No Comments on Kiprah Jagoan Bisnis Alat Presentasi

Di bisnis peralatan presentasi, nama Soedjarwo Budiono sedang berkibar. Ia sukses mengantarkan perusahaannya PT Indovisual Presentama — agen Proxima, NEC, ASK, dan Panasonic — merajai bisnis peranti presentasi. Soedjarwo mendirikan perusahaan ini awal 1999, bersama lima sobatnya, yakni Kodrat Budiadji, Hamzah Junaid, Ong Madian, Hartono Lim, dan Muhammad Nazaruddin Anwar. “Sekarang kami market leader di pasar peranti presentasi,” ujarnya.

Soedjarwo dkk. mendirikan bisnis keagenan bidang ini lantaran sebelumnya tak ada perusahaan yang khusus menggarapnya. PT Datascrip, misalnya, memang menyediakan perlengkapan presentasi, tapi hanya bagian kecil dari bisnis besarnya di bidang penyediaan perlengkapan kantor. Demikian pula, beberapa pemain lain. “Kami berani karena sangat fokus dan terspesialisasi,” katanya.

Enam sekawan ini dengan bulat menunjuk Soedjarwo sebagai nakhoda Indovisual. Lewat urunan, mereka berhasil mengumpulkan total dana Rp 600 juta sebagai modal memulai usaha. Uang ini antara lain dipakai untuk menyewa ruangan di Menara Gadjah Mada Lantai 18 (Jakarta), yang tentu saja tak bisa dibilang murah.

Indovisual betul-betul harus merangkak dari bawah. Pada awal beroperasi, roda bisnis perusahaan ini hanya dijalankan dua orang, Soedjarwo dan Kodrat — saat itu keduanya menjabat General Manager. Indovisual ketika itu juga baru berbisnis selaku sub-agen atau subdistributor, yang bertugas menjualkan produk dari beberapa agen lain, bukan sebagai agen atau distributor tunggal. Maklum, perusahaan ini masih seperti bayi yang baru belajar menyusu dan merangkak.

Titik cerah makin terlihat ketika Indovisual dipercaya menjadi distributor proyektor merek Proxima (dari AS) — setelah sempat ditolak beberapa prisipal lain. Waktu itu, Indovisual sengaja melamar Proxima karena melihat kinerja pemasaran distributornya di Indonesia kurang bagus. Tawaran Indovisual disambut baik manajemen Proxima. Maklum, bisnis Proxima sedang tak bagus. Hanya saja, kala itu Indovisual belum diposisikan sebagai distributor tunggal karena Proxima telah lebih dulu menggandeng PT Lusavindra.

Setelah dua tahun berjalan, Indovisual ternyata mampu menunjukkan prestasi mengesankan. Karena itulah, perusahaan ini memberanikan diri meminta manajemen Proxima menjadikannya distributor tunggal. Ternyata, dikabulkan. “Itu tonggak pertama kami dipercaya sebagai agen tunggal,” ujar Soedjarwo mengenang.

Kepercayaan dari Proxima tak disia-siakan manajemen Indovisual. Hal ini dibuktikan, tiap tahun Indovisual memperoleh berbagai penghargaan dari Proxima sebagai distributor terbaik. Tiga tahun berturut-turut sejak 2001, Proxima ditahbiskan sebagai penerima The Top Sales ASEAN Award.

Bahkan, tahun 2002 dan 2003 Indovisual menggaet The Top Sales South Asian for Proxima. Setelah itu, manajemen Indovisual mulai melebarkan portofolio bisnisnya dengan mencari prinsipal lain agar bisa memiliki lebih dari satu merek kuat. Lamaran sebagai distributor ke beberapa pemilik merek lain pun dilayangkan. Tak sia-sia, Indovisual kemudian dipercaya juga mengageni merek NEC, ASK, dan Panasonic.


Menurut Soedjarwo, selain persoalan memperoleh kepercayaan prinsipal, tantangan muncul dalam mengembangkan pasar dan mencari pelanggan. Selain harga proyektor masih relatif mahal, pasar juga belum melihat peranti ini sebagai kebutuhan pokok perusahaan. Kala itu, masih lebih banyak orang yang memakai overhead projector (OHP) — proyektor jenis lama yang masih memakai slide.

  • Langkah Dan Persiapan Perusahaan Sebelum IPO
  • Kisah Sukses Resto SS, Modal Rp 9 Juta, Kini Punya Puluhan Outlet
  • Kisah Sukses Pengusaha Celana Jean Terbesar Di Dunia
  • Inilah Rahasia Sukses Pemasaran Kosmetik MS Glow
  • Jurus Jitu Untuk Tingkatkan Omset Jualan Online
  • Cara Kerja dan Seluk-Beluk Investor Pre IPO

Layanan pascajual menjadi perhatian Indovisual. Contoh terobosannya, pertama, menyediakan suku cadang dan unit cadangan (pengganti) proyektor. Jadi, bila proyektor pelanggan mengalami kerusakan dan tengah diservis, aktivitas tak perlu terganggu sebab dipinjami proyektor oleh Indovisual. Kedua, Indovisual memberikan jasa servis gratis selama proyektor itu berfungsi, ditambah garansi suku cadang selama dua tahun.


Ia merinci, tahun 1999 Indovisual mampu menjual rata-rata 25 unit/bulan. Kemudian, tahun 2000, naik menjadi rata-rata 55 unit/bulan; tahun 2001, 100 unit/bulan; tahun 2002, 200 unit/bulan; dan tahun 2003, 300 unit/bulan. “Proxima dan NEC adalah dua brand proyektor yang kami pasarkan saat ini,” tutur kelahiran Bojonegero, 27 Mei 1969 ini, seraya menjelaskan harga proyektornya per unit Rp 9-50 juta. Soedjarwo yakin pihaknya kini memimpin pasar di bisnis ini.


Pernyataan Soedjarwo tampaknya tak berlebihan. Bila dilihat dalam konteks korporat, saat ini dengan beberapa merek peranti presentasi yang diageninya, Indovisual merupakan yang terbesar. Namun, bila dibandingkan langsung brand-to-brand, penjualan terbesar di Indonesia masih dipegang merek Infocus yang diageni PT Triyaso Telekomindo.


Di bisnisnya, Indovisual bersaing dengan Computa (Yogya), PT Triyaso (Infocus), Grup Galva, Datacrip (Canon), dan PT Metrodata. Sebenarnya, selain Proxima, NEC, ASK, Canon, dan Infocus, di Indonesia beredar pula produk peranti presentasi merek Toshiba, Sony, dan Hitachi. Hanya saja, posisi pasar merek-merek ini di Tanah Air relatif belum kuat.

Indovisual yang memiliki sekitar 220 karyawan juga memasarkan peranti presentasi lainnya, seperti plasma display, conference system, monitor, OHP, kamera digital, dan notebook. “Hingga saat ini kami masih konsisten memasarkan peranti presentasi,” kata Soedjarwo seraya mengungkapkan, omset perusahaannya sudah mencapai puluhan miliar rupiah — tanpa mau menyebut angka pasti. Perusahaan besar yang menjadi pelanggannya, antara lain, Arta Boga Cemerlang (Grup ABC), Grup Astra, PT Telkom, Mattel Indonesia, IBM, Goodyear, Nestle, Schlumberger, PriceWaterhouse-Cooper, Vico Indonesia, dan Indosat, ditambah beberapa institusi pendidikan seperti Universitas Indonesia, Institut Pengembangan Manajemen Indonesia, Universitas Pelita Harapan, Universitas Bina Nusantara, dan Institut Teknologi Bandung.


Kisah bisnis lainnya:

  • Kisah Sukses Dramatik Pendiri Hotel Syariah Pertama di Medan 
  • Pasangan Ini Sukses Membangun Jaringan Resto Takigawa
  • Kisah Sukses Pendiri Red Bean Resto
  • Kiprah Lima Sekawan Besarkan Bisnis Pendidikan BSI
  • Robin Wibowo dan Bisnis Furniture Mewah Veranda
  • Mengelola Bisnis Kampus Ala UGM
  • Rahasia Sukses dan Strategi Pemasaran Wim Cycle
  • Teladan Kepemimpinan Di Balik Kebangkitan Perusahaan Tekstil Gistex
  • Strategi Sukses DataOn Memasarkan Aplikasi HR

Tool Solusi

Post navigation

Previous Post: Sustainability in Aviation Fuel: Palm Oil is Part of the Solution
Next Post: Menuai Sukses Roda Impian Wim Cycle

Related Posts

  • OnlinePajak Sukses Raih ISO/IEC 27001:2013, Basis Pelanggan Terus Tumbuh Startup

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Archives

  • June 2024
  • March 2024
  • January 2024
  • March 2023
  • February 2023
  • January 2023
  • December 2022
  • November 2022
  • October 2022
  • July 2022
  • June 2022
  • May 2022
  • April 2022
  • October 2016
  • September 2016
  • August 2016
  • December 2015
  • January 2015
  • August 2014
  • July 2013
  • August 2012
  • November 2011
  • October 2011
  • June 2011
  • April 2009
  • March 2009

Categories

  • agar menang tender alkes
  • akuisisi perusahaan alkes
  • angus resto
  • aplikasi enterprise
  • bekerja keras
  • beli perusahaan
  • Berita Utama
  • Billy Hartono Salim
  • bisnis alat kesehatan
  • bisnis alkes
  • bisnis hotel
  • bisnis resto
  • bisnis restoran
  • bisnis tenda
  • BSI siap kerja
  • budidaya arwana
  • budidaya ikan
  • Capital Market
  • cara menjual alkes
  • cari investor asing
  • cari investor luar negeri untuk kerjasama
  • cari mitra investor bisnis
  • cari pemodal private
  • CEO
  • Cut Tari
  • DataOn
  • Deal Investment
  • definisi private equity
  • ekonomi
  • eksportir
  • eksportir ikan arwana
  • entrepreneur
  • entrepreneur sukses
  • ERP
  • Financing
  • Franchise
  • furnitur
  • furnitur mewah
  • hotel aman
  • hotel bagus medan
  • hotel madani
  • hotel nyaman
  • hotel syariah
  • hotel syariah medan
  • Inspirasi
  • investor non bank
  • kampus BSI
  • keunggulan BSI
  • Kiat Strategi
  • Kisah Entrepreneur
  • Konglomerasi
  • kredit non bank
  • malaysia
  • malaysia barons
  • malaysia entrepreneur
  • malaysia powerhouse
  • malaysia top enterprise
  • malaysia top rich
  • malaysia tycoon
  • memulai dari nol
  • mnajemen SDM
  • News In English
  • otomasi bisnis
  • pedagang ikan arwana
  • pemasaran alkes
  • pemasok hotel dan resto
  • pengertian private equity
  • pengusaha arwana
  • pengusaha daging
  • pengusaha furnitur
  • pengusaha gigih
  • pengusaha sukses
  • pengusaha ulet
  • pengusaha wanita
  • penjual ikan arwana
  • perusahaan alkes
  • Properti
  • restoran artis
  • restoran enak jakarta
  • restoran jepang
  • richestman malaysia
  • robin wibowo
  • Secret Garden Village
  • sejarah BSI
  • sistem prosedur investor private equity
  • software enterprise
  • software HR
  • software lokal
  • solusi enterprise
  • solusi TI
  • Startup
  • strategi pemasaran
  • SunFish
  • syahrul Gunawan
  • takigawa
  • Tool Solusi
  • Travel
  • Uncategorized
  • veranda
  • Warta Internasional
  • wisata agro
  • wisata bali
  • wulan guritno
Aged Domain
https://linkdewa89.net/
dewa89
pragmatic play

Recent Posts

  • Bandara Naratetama di IKN Bisa Didarati Pesawat Berbadan Kecil Mulai 1 Agustus 2024
  • Pesawat Lion Air Berputar-Putar di Langit Binjai, Ini Penyebabnya
  • Apa Beda Business Class dan First Class di Pesawat?
  • Menko Luhut Rayu Korsel agar Terapkan Visa on Arrival untuk WNI!
  • Trigana Air Setop Penerbangan ke Dekai Papua Setelah Pesawat Ditembak KKB!

Recent Comments

No comments to show.
Aged Domain
agen slot online
situs slot online
slot gacor
  • Lika-Liku Tris Tanoto Besarkan Bisnis Ikan Arwana budidaya arwana
  • Menko Luhut Rayu Korsel agar Terapkan Visa on Arrival untuk WNI! ekonomi
  • Inilah Alasan Mengapa Lebih Baik Memulai Merintis Usaha Saat Masih Muda Uncategorized
  • Citilink Tambah Rute Surabaya-Sumenep dan Balikpapan-Tarakan, Cek Jadwalnya ekonomi
  • Tony Fernandes, Man Behind AirAsia Uncategorized
  • Erick Thohir: 6.000 Santri dan Mahasiswa Magang di BUMN ekonomi
  • Pemerintah Evaluasi Larangan Ekspor CPO ekonomi
  • Samudera Prawirawidjaja, Sang Putra Mahkota Ultra Jaya Berita Utama

Copyright © 2025 finanzaseticas.

Powered by PressBook News Dark theme