Nilai tukar rupiah dibuka melemah 17 poin menjadi Rp 14.379 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Pergerakan rupiah masih dibayangi oleh sentimen pengetatan moneter dari Federal Reserve AS (The Fed), yang kini telah melampaui kenaikan imbal hasil Treasury AS ke level tertinggi tiga tahun. Menurut Bloomberg, rupiah menguat menjadi Rp 14.373 pada pukul 09.20 WIB, namun masih lebih tinggi dari penutupan kemarin Rp 14.362 per dolar AS.
Sebagian besar mata uang Asia lainnya melemah terhadap dolar AS pagi ini. Pelemahan terbesar adalah Won Korea Selatan turun 0,38%, diikuti oleh Rupee India turun 0,27%, Dolar Taiwan dan Peso Compact Filipina turun 0,25%, Dolar Singapura turun 0,15%, bath Thailand turun 0,1%, yuan China turun 0,08% dan ringgit Malaysia 0,06%. dan dolar Hong Kong 0,01%. Sebaliknya, yen Jepang adalah satu-satunya yang naik 0,1%. Analis pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan rupiah akan tetap berada di bawah tekanan hari ini seiring sentimen kebijakan pengetatan The Fed yang kini memicu kenaikan imbal hasil Treasury AS. Rupiah akan melemah menuju Rp 14.380 dengan penguatan di area Rp 14.340 per USD.
“Sentimen antisipasi kebijakan pengetatan moneter AS yang agresif akan terus membebani rupiah hari ini,” kata Ariston, Jumat (8/4).
Kekhawatiran pasar ini terutama muncul setelah rilis risalah rapat Fed Rabu (6/4) malam, yang meningkatkan kemungkinan kenaikan suku bunga acuan Fed sebesar 50 basis poin oleh n Hinchwitzes. Selain itu, sebagian besar pejabat Fed tampaknya mulai mengurangi kepemilikan aset mereka, yang juga akan diumumkan akhir bulan ini.
Ekspektasi tindakan agresif The Fed telah mendorong imbal hasil Treasury AS lebih tinggi lagi, terutama untuk benchmark 10-tahun. Imbal hasil Treasury AS naik menjadi 2,66% dalam perdagangan kemarin dan tetap di atas level 2,6% selama dua hari terakhir. Tingkat imbal hasil itu adalah 2,64%, tertinggi sejak 7 Maret 2019. “Kenaikan imbal hasil ini menunjukkan ekspektasi pasar yang lebih tinggi untuk pengetatan moneter AS yang agresif. Harapan ini memicu penguatan dan pertumbuhan pemerintah AS.
Bisakah penurunan harga minyak mentah dunia membantu meredakan kekhawatiran inflasi pasar? Kondisi ini bisa menjadi sentimen positif bagi aset-aset berisiko, termasuk rupiah.
Harga kontak minyak mentah WTI turun 0,6% menjadi $96,6 per barel di bulan Mei. Penurunan juga turun 0,5% untuk minyak Brent menjadi $101,07 per barel.
Rully A. Wisnubroto, Analis Bank Mandiri, melihat mood positif di Tanah Air. Ia memperkirakan rupiah akan berada di kisaran Rp 14.340 bus Rp 14.382 per dolar AS.