Diantara cerita sukses beliau yang cukup menginspirasi, ialah soal kemampuan dan cara belajar beliau tentang proposal bisnis. Saya baru tahu kalau proposal bisnis itu penting, ternyata bisa jadi duit dan bisa mengubah jalan hidup seseorang. Beliau pernah bekerja di sebuah perusahaan semi BUMN yang banyak mendapat kiriman proposal bisnis dari daerah dan cabang-cabang.
Pada tahapan selanjutnya, Pak Har bukan saja mendapatkan fee dari membuat proposal itu, namun menawarkan ide dan peluang bisnisnya, membuatkan proposal bisnisnya dan kemudian menjadi bagian dari pemegang saham. Modalnya apa? Ya modalnya kompetensi itu saja, tidak setor modal uang. Dalam hal ini kompetensi membaca peluang prospektif, kompetensi membuatkan proposal bisnisnya, kemampaun melihat dan mencarikan pasar, serta kemauan dan keberanian untuk memulai dan menjalan idenya itu bila dipercaya pemilik modal. Ini bukan cerita kosong.
Pak Har misalnya pernah mendirikan perusahaan AMDK dan pakan ternak dengan model seperti itu. Jadi beliau sebagai pemegang saham tanpa setor modal. Hanya modal pikiran, tenaga dan keberanian. Contoh lain, tahun 1987 beliau terpikir memiliki pabrik pakan ternak karena melihat bisnis itu cukup prospektif dan pasarnya cukup besar. Beliau tahu hitung-hitungan dan kelayakanan bisnisnya.
Dari situlah Pak Har diberi saham 15% di perusahaan itu. Ini jelas nggak main-main. Punya 15% saham di perusahaan besar. Karena total investasinya di tahun 1987 sudah US$ 180 ribu atau sekitar Rp 1,8 miliar. Ingat, ini tahun 1987 lho. Untuk tahun-tahun itu, angka ini terbilang sangat besar lho. Waktu itu dollar masih Rp 2000-an. Pabriknya di Kerawang. Beliau menjadi salah satu direksi, tepatnya sebagai direktur operasional.
Luar biasa. Bermodal konsep, tenaga, kesungguhan dan keberanian, beliau bisa punya saham di perusahaan besar. Tentu saja beliau bangga, karena tanpa setor modal bisa memiliki perusahaan. Padahal usianya baru 30-an tahun. ”Inilah awal kebangkitan saya sebagai entrepreneur,” ujar beliau yang juga Ketua Asosiasi Perusahaan Lelang Indonesia itu. Beliau dari situ juga merasa percaya diri bahwa bisa menjadi entrepreneur.
Kisah Pak Hardianto memberi pelajaran bagi kita-kita yang muda-muda. Setidaknya untuk dua hal penting. Pertama, bahwa sangat mungkin kita menjadi pemilik dan pemegang saham di perusahaan besar tanpa modal uang. Tapi syaratnya, kita harus punya konsep, kompetensi, dan kemampuan mengeksekusi.
Semoga kita semua menjadi orang sukses berikutnya! Sukses yang diberkati Sang Maha Pemberi. Amin.
- Pelajaran Bisnis Dari Kolonel Sanders, Pendiri KFC, Yang Berkali-Kali Gagal
- 31 Cara Untuk Memangkas Biaya-Biaya Demi Mengamankan Cashflow Perusahaan
- Kisah Sukses Dramatik Masri Nur, Pengusaha Ulet Pendiri Hotel Syariah Pertama di Medan
- Pasangan Ini Sukses Membangun Jaringan Resto Takigawa
- Kisah Sukses Pendiri Red Bean Resto
- Kiprah Lima Sekawan Besarkan Bisnis Pendidikan BSI
- Mengelola Bisnis Kampus Ala UGM
- Rahasia Sukses dan Strategi Pemasaran Wim Cycle
- Teladan Kepemimpinan Di Balik Kebangkitan Perusahaan Tekstil Gistex
- Sejumlah investor asing cari kongsi bisnis di Indonesia